Similar topics
Pencarian
translator
User Yang Sedang Online
Total 2 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 2 Tamu Tidak ada
User online terbanyak adalah 224 pada Sat Aug 21, 2010 12:24 pm
photografh tutorial
4 posters
Halaman 1 dari 1
photografh tutorial
Aspek teknis dalam fotografi
by Enche on May 26, 2010
Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Untuk faktor kedua, saya pernah menulis artikel Supaya foto tidak kabur [bagian 1 | bagian 2].
Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200
WHITE BALANCE
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.
Memahami Aperture / Bukaan
by Enche on December 23, 2009
Memahami bukaan lensa sangat penting bagi pelajar fotografi karena bukaan menentukan dua hal penting. Dan sebenarnya tidak sukar memahami bukaan. Tulisan ini adalah penjelasan yang lebih mendalam dari tulisan Segitiga Emas Fotografi.
1. Bukaan menentukan banyaknya cahaya yang masuk
Semakin besar bukaan, semakin besar cahaya yang masuk.
2. Bukaan menentukan kedalaman fokus
Semakin besar bukaan, kedalaman fokus menjadi tipis, sehingga latar belakang lebih kabur / blur daripada bukaan yang kecil.
Itu saja, sederhana bukan? Memang sederhana kok hehe..
Contoh berbagai ukuran bukaan di lensa. Kamera digital SLR sekarang telah mengunakan kamera untuk mengganti besarnya bukaan
Ukuran Bukaan
Ukuran bukaan agak unik karena semakin kecil angkanya, semakin besar bukaannya.
Contoh: f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, dst.
Dari f/1.4 ke f/2 itu besarnya cahaya yang masuk berkurang dua kali lipat.
Kisaran bukaan tergantung lensa yang dipakai, ada lensa yang punya bukaan f/1.4, ada juga yang f/3.5 atau f/4.
Mengenai bukaan dan jenis-jenis lensa, saya sarankan untuk membaca tulisan [ Menerjemahkan kode kode lensa ]
Supaya foto tidak blur
by Enche on August 10, 2009
Biasanya, kesalahan fotografer pemula adalah salah memperhitungkan shutter speed (kecepatan rana) sehingga foto menjadi blur.
Ada dua faktor utama yang membuat foto menjadi blur
Pertama adalah setting kecepatan rana Anda terlalu lambat dibandingkan dengan rentang lensa (focal length) lensa Anda. Pada umumnya, supaya foto Anda tidak blur akibat getaran tangan kita, rumusnya adalah 1 / rentang fokal lensa. Contoh, bila Anda mengambil foto dalam rentang fokal 100mm, maka Anda memerlukan kecepatan rana 1/100.
Rumus ini berlaku bila Anda mengunakan kamera full frame sensor. Untuk kamera Digital SLR yang ada dipasar, sebagian besar mengunakan sensor yang lebih kecil. Sensor ini bervariasi antara kamera yang satu dengan yang lain. Tetapi pada umumnya Canon mengunakan 1.6X, Nikon, Sony, Pentax mengunakan 1.5X dan Olympus mengunakan 2X. Dengan adanya variasi tersebut, maka perhitungannya menjadi sedikit lebih rumit.
Kembali ke contoh awal dimana Anda memutuskan mengunakan rentang fokal 100mm di kamera Canon Rebel yang mengunakan 1.6X jadinya minimal Anda harus mengunakan 1/160 untuk mencegah blur. (Didapatkan dari 100mm X 1.6).
Mengapa semakin besar rentang fokalnya, Anda harus mengunakan kecepatan rana yang lebih cepat? hal ini dikarenakan semakin besar rentang fokal, maka semakin sensitif sensor dalam menangkap getaran.
Faktor kedua adalah benda yang Anda foto bergerak cepat, sehingga kecepatan rana pun harus mengikuti cepatnya gerak subjek foto tersebut. Contohnya, untuk membekukan gerakan pemain basket orang orang berlari, minimal Anda memerlukan 1/500. Untuk penari dan penyanyi, biasanya 1/200 cukup, dan untuk foto manusia yang tidak bergerak 1/60 biasanya cukup baik.
Joe Decker dari blog foto Photocrati mengenalkan faktor baru yaitu ukuran piksel sensor mempengaruhi blur. Katanya, kamera yang berukuran sensor sama, tapi resolusi gambar tinggi, memerlukan kecepatan rana yang lebih cepat karena ukuran piksel yang kecil lebih sensitif dalam mendeteksi getaran. Kalau teori ini benar, maka kamera yang berukuran 15 megapiksel akan lebih rawan blur daripada kamera yang berukuran 6 megapiksel.
Cara mencegah
Ada juga teknologi dalam kamera maupun lensa yang ditujukan untuk mencegah blur. Jenis teknologi ini terbagi atas dua kategori. Yang pertama dibuat dalam kamera, satunya lagi didalam lensa. Namanya pun bervariasi. Antara lain yaitu Image Stabilization (IS) atau Vibration Reduction (VR), Steady Shot (SS), Shake Reduction (SR) Mega OIS, Optical Stabilization (OS) and Vibration Compensation (VC). Semuanya berfungsi sama hanya istilahnya berbeda. Teknologi ini bisa membantu Anda tapi tidak bisa membantu secara total. Misalnya yang tadinya Anda harus mengunakan 1/200, tapi dengan bantuan teknologi ini, Anda bisa mengunakan 1/100 atau 1/60. Teknologi ini juga tidak bisa mencegah blur saat And amengambil foto orang atau benda yang bergerak cepat.
Hal lain yang bisa digunakan untuk mencegah blur antara lain yaitu teknik memegang kamera atau teknik pernafasan. Dengan menahan nafas saat mengambil gambar, dan memposisikan tubuh dengan rapat atau menyender di dinding, bisa membantu mengurangi getaran yang menghasilkan blur.
Menerjemahkan kode lensa digital SLR
by Enche on July 14, 2009
Saat kita baru masuk ke dunia kamera DSLR salah satu yang cukup membingungkan adalah menerjemahkan arti dari lensa. Di blog ini saya mencoba menjelaskan berbagai model lensa dan artinya.
Canon EF-S 18-55 mm f/3.5-5.6 IS
Lensa zoom ini biasanya dipaket saat membeli kamera dSLR Canon untuk pemula seperti Canon 1000D, 450D, 500D
Canon EF-S : artinya model lensa yang dirancang khusus untuk kamera DSLR dengan sensor krop/kecil (relatif dengan kamera film (full frame). Lensa ini tidak bisa digunakan untuk dipasang di DSLR kamera full frame seperti Canon 5D atau Canon 1Ds.
18-55mm : Ini rentang fokal lensa. Bagi yang berpengalaman dalam mengunakan kamera film, rentang fokal lensa ini ekuivalen dengan kurang lebih 29-88mm. Rentang fokal lensa ini cukup fleksibel untuk penggunaan sehari-hari.
f/3.5 – 5.6 : Ini berarti rentang maksimal bukaan lensa. Pada rentang fokal 18mm, maksimal bukaan adalah f/3.5 sedangkan pada rentang fokal 55mm, maksimal bukaan adalah f/.5.6.
IS : Singkatan dari Image Stabilization, artinya lensa ini memiliki kemampuan untuk meredam getaran tangan kita sehingga gambar yang dihasilkan tidak blur. Fitur ini sangat berguna terutama pada saat kita mengambil foto dengan setting kecepatan pemantik rendah.
Contoh lain yaitu
Canon EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM
Bila Anda melihat angka bukaan cuma 1 saja, seperti lensa diatas (f/2.8), ini berarti lensa ini memiliki bukaan konstan. Dari rentang fokal 17 sampai 55mm, maksimal bukaan yang bisa kita pergunakan adalah f/2.8.
USM : Singkatan dari Ultrasonic Motor. Ini menandakan di dalam lensa ada built-in auto fokus. USM juga menandakan auto fokus lebih cepat dan tidak bersuara.
Canon EF 50mm f/1.8
Lensa diatas ini hanya mempunyai sebuah rentang fokal yaitu 50mm. Artinya lensa ini bukan lensa zoom (Anda tidak bisa zoom mengunakan lensa ini, untuk memperbesar/memperkecil objek, anda harus mendekati objek atau menjauhi objek).
Lensa ini juga memiliki kode EF bukan EF-S yang berarti lensa ini bisa dipakai di kamera full frame.
Canon EF 70-200mm f/4 IS USM
Lensa diatas disebut juga telephoto zoom karena rentang fokalnya cukup besar yaitu 70-200mm
Sayangnya kode lensa ini tidak berlaku universal, sehingga lensa merek lain akan memiliki kode yang berbeda-beda. Tetapi tidak masalah, biasanya struktur kodenya sama. Daftar singkatan dibawah ini akan mempermudah pengertian Anda terhadap lensa-lensa bukan Canon.
HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.
AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon.
SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.
AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.
VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.
OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.
DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.
DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
Demikian, semoga dapat membantu.
Memanfaatkan diafragma atau ISO?
by Enche on March 14, 2010
Ada pertanyaan bagus dari pembaca Info Fotogafi, Mas Adi Kurniawan. Mas Adi menanyakan apakah lebih baik membuka diafragma lebih besar lebih baik ataupun menaikkan ISO bila memerlukan cahaya tambahan.
Ini dilema yang akan dihadapi oleh semua fotografer di lokasi. Membuka diafragma lebih lebar, memang efektif dalam menggalang cahaya lebih banyak, tapi sayangnya kedalaman fokus (depth of field) menjadi tipis sehingga tidak semua bagian dari foto yang akan fokus. Bila menaikkan ISO, maka yang terjadi adalah penurunan kualitas gambar dari ketajaman maupun detail.
Lalu manakah yang terbaik? Langkah pertama adalah melihat ISO berapa yang dibutuhkan. Dari 100-400, biasanya kualitas foto tidak akan terlalu menurun, jadi kalau memang hanya perlu kenaikan dari 100 ke 200 atau 200 ke 400, saya akan memilih menaikkan ISO.
Tapi kalau 800 ke 1600 atau lebih besar lagi, maka saya akan mempertimbangkan untuk membuka diafragma lebih besar. Membuka diafragma menjadi besar, tidak masalah kalau foto kita foto close-up, tapi sangat berpengaruh bila kita foto keluarga atau banyak orang. Bisa jadi sebagian orang fokus, sebagian lain yang berada di pinggir tidak fokus.
Bila ketajaman dari ujung ke ujung foto yang saya cari, maka saya akan menaikkan ISO. Atau kalau memang terpaksa, saya akan atur formasi sedemikian rupa sehingga semuanya tetap dalam fokus.
Kamera pro dan kamera amatir
by Enche on March 7, 2010
Baru baru ini ada yang berkomentar di blog ini bahwa ada temannya yang memilih kamera bekas Canon 1d mark IIn (2005) dibanding dengan Canon 7D (2009). Alasan teman tersebut cukup sederhana, karena Canon 1d mark IIn adalah kamera pro.
Sebenarnya, apa sih yang membedakan antara kamera pro dan bukan? Menurut saya, sebenarnya tidak ada kamera yang berlabel pro atau amatir. Yang ada yaitu kamera pemula, yang identik dengan mudah dipakai dan relatif lebih ringan dan kecil. Sedangkan kamera canggih adalah kamera yang lebih rumit untuk dioperasikan dan memiliki kualitas badan kamera yang lebih berat dan tahan cuaca.
Label pro lebih cocok untuk diberikan kepada fotografer daripada kamera. Fotografer pro adalah seseorang yang mengandalkan sebagian besar penghasilannya dari sektor fotografi.
Kaerena itulah, meski seorang fotografer mengunakan kamera SLR pemula, kamera saku atau kamera ponsel sekalipun, fotografer tersebut tetap fotografer profesional. Demikian juga sebaliknya, meski memakai kamera canggih, tapi hanya mengunakan kamera untuk hobi, maka orang tersebut tetap disebut fotografer amatir.
Tapi Anda perlu waspada juga, bila Anda ingin mencari uang dengan kamera pemula, maka Anda harus pastikan hasil foto Anda memuaskan klien, karena bila tidak, hal ini bisa dijadikan sebuah alasan untuk menggugat Anda di pengadilan.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah keputusan membeli Canon 1d mark IIn lebih bijak daripada 7D? Kalau dilihat dari sisi teknologi, 1d mark IIn yang merupakan keluaran tahun 2005 tentunya sudah ketinggalan jaman. Hampir semua aspek kamera dari resolusi foto, auto fokus, kualitas layar LCD, fitur video dari Canon 7D melebihi Canon 1d mark IIn. Maka dari itu dalam membeli kamera, seyogyanya jangan terjebak dengan label kamera pro semata.
Nikon D5000 : kebangkitan Nikon di kelas DSLR pemula
Posted on 14 April 2009 by Mas Gaptek
180
Menyusul jejak Canon yang meluncurkan EOS 500D pada bulan lalu, hari ini Nikon (seperti yang sudah dirumorkan) meluncurkan DSLR entry level baru bernama D5000. Produk anyar ini merupakan penerus dari D60 yang mengikuti tren DSLR modern yaitu menyertakan fitur HD movie 720p – 24 fps dan tentunya live view. Namun demikian bukan hanya penambahan fitur movie ini saja yang membuat D5000 ini demikian spesial, tapi karena Nikon telah memberi banyak peningkatan fitur dan spesifikasi dari D60 ke D5000, dengan banderol harga yang masih bisa dibilang terjangkau untuk ukuran kamera DSLR pemula yaitu sekitar 8 jutaan.
Nikon D5000
Di jajaran kamera Nikon DX, saat ini line-up yang disusun oleh Nikon meliputi tiga kelompok, yaitu kelas semi-pro (diisi oleh D300-yang dirumorkan akan segera digantikan oleh D400), kelas menengah (diisi oleh D90-plus movie mode) dan kelas pemula (yang baru saja diisi oleh D5000, sebelumnya D60). Uniknya, D5000 ini hadir setelah kehadiran D90 di tahun 2008 silam, dan D90 juga hadir setahun setelah kehadiran D300 di tahun 2007. saat D90 diluncurkan, banyak anggapan kalau Nikon melakukan kesalahan dengan membuat produk yang akan ‘mematikan’ penjualan D300 karena banyaknya kesamaan fitur. Namun anggapan itu lambat laun sirna karena segmentasi market keduanya berbeda. Kini Nikon kembali melakukan hal serupa saat meluncurkan D5000 karena dia hadir dengan banyak membawa banyak kesamaan dengan D90 pada spesifikasinya, sehingga dikuatirkan penjualan D90 akan terganggu oleh hadirnya D5000 ini.
Nikon D5000 : Vari-angle LCD
Bagaimana tidak, Nikon D5000 ini merupakan DSLR entry level yang sarat fitur dan tidak ubahnya seperti melihat spesifikasi dari D90 yang dijual beberapa juta rupiah lebih mahal. Hanya saja secara silsilah, D5000 ini masih masuk DSLR kelas pemula menggantikan D60 dengan desain bodi yang hampir sama namun lebih terlihat gemuk.
Kita simak saja headline news dari Nikon D5000 :
• Sensor : format DX dengan crop factor 1,5 x, memakai sensor baru CMOS resolusi 12 MP (D60 memakai CCD 10 MP) yang sama persis dengan yang dipakai di D90. Maka itu kinerja ISO keduanya (D5000 dan D90) pun sama dengan rentang 200 hingga 3200 plus Lo-1 dan Hi-1. Pun pada sensor ini telah dilengkapi sistem anti debu.
• Engine : memakai Expeed engine 12 bit ADC plus active D-lighting dan koreksi otomatis untuk lateral chromatic aberrations layaknya pada D90. Tersedia juga setting Picture Control (Standard, Vivid, Neutral, Monochrome, Portrait dan Landscape) serta soft filter.
• Shutter : memakai shutter unit yang teruji hingga 100.000 kali (atau dua kali lipat dari shutter unit D40/60) dan nilai shutter count D5000 ini persis sama seperti pada D90. Hanya saja D90 mampu menjepret hingga 4,5 fps, sementara D5000 ini sedikit lebih lambat dengan 4 fps (namun masih jauh lebih baik daripada D60 dengan 3 fps).
• Modul AF : Multi CAM-1000 dengan 11 titik AF (ya, sebelas) dengan satu center cross point AF (di D40/D60 hanya 3 titik AF). Terdapat mode 3D AF tracking untuk objek foto yang selalu bergerak, sama seperti yang terdapat pada D90. Tersedia juga contrast detect AF bila memakai live view.
• D-movie : merekam video HD beresolusi 1280 x 720 piksel hingga maksimum 5 menit dengan frame rate 24 fps, AVI/M-JPEG, audio mono. layaknya D90, D5000 ini tidak bisa auto fokus saat merekam video, sehingga pemakailah yang harus mengatur manual fokus pada lensa.
• Layar Vari-angle LCD : pertama dalam sejarah DSLR Nikon, layar LCD berukuran 2,7 inci yang bisa dilipat dan diputar. Dengan demikian, memotret memakai mode live view ataupun merekam video bisa lebih mudah dan nyaman, meski dalam sudut yang sulit.
• Bonus lain : HDMI port dan sudah mendukung GPS eksternal untuk geotagging.
Adapun hal-hal yang masih sama (atau mengalami sedikit peningkatan / penurunan) dari sang pendahulu (Nikon D60) diantaranya :
• Desain bodi : kecil, ringan, berbahan plastik, dengan ukuran 127 x 104 x 80 mm dan 55 gram lebih berat dari D60.
• Tanpa motor fokus di bodi : ya, layaknya D40/D60, lensa yang bisa autofokus pada D5000 ini hanyalah lensa dengan motor AF seperti Nikon AF-S atau Sigma HSM.
• Memakai lensa kit yang sama seperti D60 : AF-S 18-55mm VR (pada D90 lensa kitnya AF-S 18-105mm VR).
• Modul light meter : 420-segment RGB, masih sama seperti D60 dan bahkan D90 sekalipun (untuk modul kelas atas dengan 1005-segment RGB hanya ada di D300, D700 dan D3).
• Memakai viewfinder cermin (0,78 x, 95% coverage) yang tidak seterang viewfinder jenis prisma seperti yang terdapat di D90.
• Tanpa top status LCD dan hanya satu dial-wheel di dekat jempol (di D90 ada dua dial-wheel).
• Flash internal dengan GN 12 dan mampu sync hingga 1/200 detik (masih unggul D40 dengan 1/500 detik) dan kini D5000 mendukung fitur bracketing.
D5000 : tampak atas
Tak dapat dipungkiri, dengan meluncurkan D5000, Nikon seakan ingin ingkin menguasai kembali pasar DSLR entry level yang telah direbut oleh Canon (melalui EOS 1000D dan EOS 450D) dengan membuat produk dengan spesifikasi tinggi namun harga terjangkau. Setelah ini, akan banyak muncul kebingungan diantara calon pembeli DSLR Nikon yang tadinya sudah siap untuk mengambil entah D60 atau D90 atau bahkan DSLR merk lain. Sebagai informasi di awal, biasanya Nikon perlu waktu 3 bulan sejak pengumuman produk baru hingga tersedia di pasar. Bila anda perlu membeli DSLR saat ini juga, tentu D5000 ini belum bisa masuk ke dalam daftar nominasi kamera yang akan anda beli. Namun bila anda cukup bersabar sambil menabung, nantinya anda bisa memilih antara D60, D5000 atau D90 tergantung kebutuhan fotografi anda.
Skenario 1 : pilih D60 atau D5000?
• D60 saya yakin nanti harganya akan turun (saat ini harga D60 terlalu tinggi di kisaran 7 juta) dan bila dana terbatas tentu D60 adalah pilihan yang lebih rasional
• D60 sudah amat baik untuk kebutuhan fotografi dasar (10 MP, 3 fps, 3 titik AF) dan sudah memiliki fitur Active D-lighting serta fitur anti debu pada sensornya
• D5000 lebih unggul dalam mode movie, live-view dan layar LCD bila anda merasa perlu
• D5000 jelas menang telak dalam usia shutter, 11 titik AF dan 4 fps burst, itu yang paling penting menurut saya
Skenario 2 : pilih D90 atau D5000?
• D5000 akan dijual sekitar 2 juta lebih murah daripada D90, so tergantung dana anda
• D5000 sama-sama memakai sensor CMOS 12 MP, 11 titik AF dan 12 bit engine, so hasil foto keduanya sama saja
• D5000 unggul di layar lipatnya, bila anda perlu
• D90 unggul di motor fokus di bodi, bila anda punya banyak lensa Nikon lawas tentu perlu motor AF di bodi, itu yang utama menurut saya
• D90 unggul dalam aspek lain seperti viewfinder prisma, layar LCD 3 inci resolusi 920 ribu piksel, 4,5 fps burst, wireless flash dan dukungan asesori battery grip resmi Nikon.
Skenario 3 : pilih Nikon D5000 atau Canon EOS 500D?
• baca disini saja
Ayo bahas soal Nikon D5000 ini melalui kolom komentar di bawah ini.
Update : Sebagian Nikon D5000 mengalami kasus ‘mati total’ dan ini bisa diperbaiki gratis di perwakilan Nikon rsmi di seluruh dunia.
20 Votes
Ditandai:D-lighting, D5000, HD, live-view, Nikon
Posted in: Digital SLR, Nikon
Supaya foto tidak blur bagian II
by Enche on February 6, 2010
Beberapa bulan yang lalu, saya menulis tentang bagaimana mencegah blur pada foto. Di artikel tersebut, saya menjelaskan tentang beberapa faktor penting seperti setting shutter speed dan kaitannya dengan rentang fokal lensa, kecepatan gerak subjek, dan besarnya megapixel.
Selain yang disebut diatas, masih ada lagi faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi, antara lain:
Bila semua setting kamera sama, maka faktor lain yang mempengaruhi adalah:
1. Arah gerak subjek yang bergerak : Subjek yang bergerak mendekati dan menjauhi kamera akan lebih mudah dibekukan daripada subjek yang bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
2. Jarak antara kamera dengan subjek yang bergerak : Semakin jauh jaraknya, semakin mudah membekukan subjek tersebut daripada subjek yang dekat.
Taxi yang di depan terlihat lebih kabur daripada taxi yang dibelakang. Hal ini disebabkan karena jarak antara Taxi terdepan ke kamera lebih dekat.
Dalam praktek di lapangan, seringkali kita tidak dapat mengunakan shutter speed tinggi untuk membekukan subjek foto terutama karena kondisi lapangan yang gelap. Maka dari itu, dengan mengunakan prinsip-prinsip diatas untuk keuntungan kita.
Apabila kita memotret orang atau benda yang mendekati kita dari depan, maka kita dapat mengunakan shutter speed sedikit lebih pelan, demikian juga memotret subjek yang jauh dari kita. Tetapi hati-hati kalau subjek foto dekat dengan kita ataupun gerakannya dari kiri ke kanan/kanan ke kiri kamera, kita perlu menaikkan kecepatan rana/shutter speed bila ingin membekukan subjek tersebut.
Semoga cukup jelas dan membantu.
Teknik Lampu kilat : OFF camera flash
by Enche on January 23, 2010
Di banyak kesempatan, terutama saat kita membuat foto potret baik perorangan ataupun kelompok, teknik off camera flash ini cukup penting untuk membuat foto kita lebih baik. Teknik ini cukup sederhana, kuncinya adalah lampu kilat di kamera Anda harus dilepas dari kamera dan diarahkan ke langit-langit.
Nah, lalu karena lampu kilat itu terlepas dari kamera, Anda perlu cara untuk mengkomunikasi antara lampu kilat dengan kamera, untuk itu Anda perlu fitur wireless flash trigger/commander. Bila kamera Anda tidak memiliki fitur ini, Anda mau tidak mau harus membeli alat tambahan seperti cable sync flash atau radio wireless trigger untuk menghubungkan antara kamera dan flash. Bila kamera Anda punya fitur ini, maka tinggal pakai built-in flash (lampu kilat kecil di kamera) sebagai alat pengontrolnya. Beberapa kamera yang sudah memiliki fitur ini adalah Nikon D90, D300, D300s, D200, Olympus E-620, Canon 7D dan lain lain.
Bila kita memotret dengan mengunakan lampu kilat yang diarahkan secara langsung ke wajah orang, maka foto yang dihasilkan akan datar. Selain itu bayangan yang dihasilkan kasar dan terlihat jelas di latar belakang. Lebih dari itu, terlihat pantulan sinar dari wajah subjek foto.
Foto dengan mengunakan lampu kilat yang langsung diarahkan ke subjek foto
Bila mengunakan teknik OFF camera flash ini, foto wajah akan terlihat lebih alami, terlihat memiliki tiga dimensi, dan bayangan juga jatuh ke bawah sehingga tidak mengganggu.
Dengan mengunakan teknik off camera flash
Catatan: Pastikan langit-langit berwarna putih karena bila tidak, warna foto akan terkontaminasi dengan warna langit-langit.
Kalibrasi Monitor
by Enche on January 15, 2010
Pernah tidak Anda kecewa ketika mendapati hasil cetak foto Anda ternyata lain daripada yang di layar monitor? Atau pernah tidak ketika melihat foto di layar komputer lain ternyata tidak sama? Misalnya terlalu kontras, atau terlalu kekuningan.
Hal ini disebabkan karena monitor Anda belum dikalibrasi. Untuk mengkalibrasikan monitor sebenarnya susah susah gampang. Susah karena kalau manual diperlukan kejelian dan kesabaran untuk menjalani langkah-langkah dalam mengkalibrasikan monitor. Gampang karena tidak perlu ketrampilan tambahan.
Apa itu kalibrasi? kalibrasi pada dasarnya adalah menyesuaikan foto dilayar monitor dengan foto yang sudah dicetak.
Berikut langkah-langkah kalibrasi manual monitor:
1. Cek ukuran resolusi layar (image resolution) pastikan settingnya berada dipaling tinggi atau pilih yang paling optimal.
2. Pastikan layar berada di setting warna 24 bit atau high-color
3. Pastikan tidak ada cahaya yang kuat langsung menyorot monitor Anda sehingga timbul pantulan
4. Cetak foto favorit Anda dengan kertas foto profesional
5. Atur setting brightness, contrast dan warna (Merah, Hijau, Biru) monitor sehingga menyerupai foto
6. Gunakan program seperti Adobe Gamma (biasa ditemukan di control panel) atau Quickgamma (gratis)
7. Bila Anda mengunakan Windows 7, Anda bisa mengunakan fasilitas kalibrasi yang bisa ditemukan di control panel/Apperance/Display
Kalibrasi monitor juga bisa dilakukan dengan mengunakan alat kalibrasi otomatis yang bisa dibeli di pasaran contohnya adalah Spyder 3. Di komputer yang canggih juga mungkin ada alat kalibrasi otomatis.
Sumber langkah-langkah kalibrasi dari WikiHow
Ingin kelihatan seperti fotografer profesional ?
by Enche on January 22, 2010
Terkadang saya suka heran mengapa banyak fotografer amatir atau bahkan pemula ingin terlihat seperti fotografer profesional. Saya sendiri lebih suka tampil low profile atau sesuai dengan keadaan, misalnya kalau di acara pernikahaan, saya akan pakai jas dan celana sopan, bila memotret acara kampus, saya akan pakai baju biasa seperti mahasiswa lainnya. Tujuannya biar tidak banyak mata menuju pada saya sehingga orang disekitar saya tidak melulu memperhatikan saya atau terganggu karena kehadiran saya.
Tapi mungkin Anda berpendapat lain. Mungkin Anda ingin tampil beda atau ingin dikenali sebagai fotografer pro sehingga orang segan pada Anda atau untuk menarik orang untuk menjadi klien Anda. Oleh sebab itu, ada beberapa saran supaya Anda terlihat seperti fotografer profesional.
• Pakai kamera yang besar lalu pasang battery grip dibawahnya sehingga kamera terlihat lebih besar. Kalau perlu bawa dua kamera atau lebih.
• Pakai lensa telephoto zoom yang panjang, lalu sering keker-keker dan mainkan zoom atau fokusnya.
• Pakai jas khusus fotografer yang berkantong banyak.
• Bawa tripod yang besar dan panjang
• Bawa buku catatan kecil dan pena, kemudian kadang-kadang mencatat-catat sesuatu. Ini akan membuat orang berpikir, wah serius juga fotografernya.
Dengan mempraktekkan ide-ide diatas ini, semoga Anda terlihat lebih profesional, tapi jangan sampai overdosis seperti dibawah ini:
Mengunakan lampu kilat kamera yang baik dan benar bagian I
by Enche on December 29, 2009
Lampu kilat yang ada di dalam kamera saku atau DSLR dapat menghasilkan foto yang bagus bila kita mengetahui cara memakainya dengan baik. Di lain pihak, lampu eksternal seperti speedlite flash yang besar, bisa menjadi bumerang bila kita tidak tahu cara memakainya.
Kesalahan utama yang saya perhatikan terutama adalah dalam memposisikan objek. lampu kilat biasanya memiliki jangkauan yang terbatas, dan tergantung pada jenis kamera. Kamera saku biasanya memiliki kekuatan dan jangkauan yang lebih pendek daripada kamera digital SLR. Untuk itu, saya sarankan untuk mencobanya di rumah untuk mengetahui berapa jarak optimal lampu kilat Anda.
Untuk kamera digital SLR, biasanya jangkauan yang optimal sekitar satu sampai tiga meter. Bila objek Anda berada dibawah 1 meter, maka foto akan overexpose / terlalu terang, sedangkan kalau lebih jauh dari tiga meter, foto akan underexpose atau terlalu gelap. Maka dari itu mengukur atau memperkirakan jarak cukup penting.
Hal lain yang penting diperhatikan terutama bila kita mengambil foto banyak objek seperti mengambil foto banyak orang. Supaya wajah-wajah orang-orang terangnya sama, jarak antara lampu kilat ke tiap orang juga harus sama.
Contoh diagram:
Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideal lampu kilat dan juga jarak antara tiap objek/orang ke lampu kilat sama panjang
Bandingkan dengan diagram dibawah ini:
Ada beberapa orang terlalu dekat dengan flash, ada pula dua orang terlalu kebelakang. Jarak antara tiap orang dengan lampu kilat tidak sama, sehingga hasil foto tidak baik
Contoh diatas menunjukkan bahwa jarak lampu kilat ke tiap orang berbeda, sehingga ada orang yang terlalu terang, ada yang pas dan ada yang gelap.
Contoh foto dibawah, saya mengunakan lampu kilat, perhatikan bahwa foto anak2 wajahnya jauh lebih terang daripada pemusik yang berada agak dibelakang karena saya mengabaikan aturan main diatas.
Mengunakan lampu kilat kamera yang baik dan benar bagian II
by Enche on January 5, 2010
Contoh mengunakan flash dengan mode otomatis di lingkungan yang gelap
Seringkali saat kita berada di tempat yang gelap seperti malam hari atau di dalam ruangan, kita terpaksa mengunakan flash. Tapi hasil dari mengunakan flash biasanya cukup mengecewakan. Tidak hanya terlihat tidak alami, tapi juga latar belakang biasanya menjadi hitam legam. Untung ada dua mode di dalam kamera Anda yang bisa membantu mengatasi hal ini.
Cari di panduan bila tidak tahu cara mengubah mode flash
Pertama adalah Slow sync flash. Saat mengunakan mode ini, kamera akan memperlama bukaan (slow shutter speed) sehingga semakin banyak cahaya lingkungan (ambient light) yang masuk ke dalam sensor. Akibatnya, di banyak kasus, foto akan terlihat lebih alami dan latar belakang menjadi lebih terang. Mode ini baik dipakai terutama untuk pemandangan malam atau di ruangan yang gelap.
Dalam mengunakan mode ini, kita harus memperhatikan beberapa faktor. Yang terpenting adalah kita harus usahakan menghindari blur entah dengan mengunakan tripod atau mengunakan lensa atau kamera yang memiliki image stabilization. Faktor kedua berkenaan dengan warna (white balance) yang akan saya bahas dikemudian hari.
Contoh potret mengunakan slow sync flash - sumber: Photography Savvy
Mode yang kedua yaitu Rear curtain sync. Bila mengaktifkan mode ini, kamera akan otomatis menginstruksikan kamera membuka sensor cukup lama sesuai kondisi cahaya di ruangan. Sedikit berbeda dengan Slow sync, Rear curtain sync akan menangkap gerakan subjek foto dan kemudian akan menembakkan flash sesaat sebelum kamera menutup sensor untuk membekukan foto. Aplikasi rear curtain flash yang biasa ditemukan yaitu untuk menangkap gerakan-gerakan orang yang sedang menari atau subjek lainnya.
Contoh teknik rear curtain flash. Gerakan penari terekam dan kemudian penari tersebut dibekukan sesaat sebelum kamera menutup sensor. Foto oleh denislim
Dalam mode slow sync, kamera menembak flash sesaat setelah kamera membuka sensor, sedangkan di rear curtain sync, kamera menembak flash sesaat sebelum kamera menutup sensor.
Dari sifat yang ditunjukkan pada hasil foto diatas, maka bisa disimpulkan bahwa shutter speed menentukan berapa banyak cahaya lingkungan yang masuk.
Mungkin bagi beberapa orang materi ini cukup berat untuk dicerna, maka dari itu, cobalah di praktekkan, dengan praktek, pengertian tentang mekanisme flash ini akan lebih mudah dimengerti. Selamat mencoba!
Komposisi : Perspektif
by Enche on December 28, 2009
Seringkali saat kita foto, kita terpaku pada posisi kita dan hanya mengunakan lensa zoom untuk mengkomposisikan foto. Kalau kita ingin foto kita terlihat lebih menarik, kita perlu lebih giat mencari posisi / sudut pandang yang lebih menarik. Contoh:
Foto diatas diambil dengan posisi berdiri dan saya mengunakan zoom untuk komposisi. Bandingkan dengan foto dibawah:
Untuk mengambil foto diatas saya bergerak lebih dekat ke patung, masih mengunakan lensa zoom tapi saya zoom out ke yang paling lebar, dan kemudian jongkok sedikit. Hasilnya adalah foto yang lebih menarik dan memberikan kesan kebesaran Rocky, petinju fiksi dari film Rocky yang dibintangi Sylvester Stalone.
Mengapa lensa fix lebih baik dari lensa zoom?
by Enche on December 26, 2009
Lensa fix atau prime lens, adalah lensa yang tidak bisa zoom. Jadi untuk mengkomposisikan foto baik jauh atau dekat, Anda dipaksa untuk bergerak maju mundur. Bisa dibayangkan repotnya?
Banyak yang mungkin bertanya, untuk apa lensa fix, mendingan lensa zoom, apalagi banyak lensa fix yang lumayan mahal. Ada beberapa alasan kenapa lensa fix masih banyak diminati, terutama fotografer yang berpengalaman.
1. KECIL dan RINGAN
Sebagian besar lensa fix memiliki ukuran yang lebih kecil dan ringan. Hal ini membuat Anda lebih leluasa untuk bergerak dan tidak lekas capai bila membawa kamera Anda saat perjalanan jauh.
2. BUKAAN BESAR
Sebagian besar lensa fix juga memiliki maksimal bukaan besar seperti f/1.4 dan f/1.8. Di bandingkan dengan lensa zoom standar, bukaan f/1.8 dapat mengumpulkan cahaya 4-8 kali lebih banyak (2 sampai 3 stops) sehingga ideal untuk mengambil foto di ruangan yang gelap. Selain itu bukaan yang besar memudahkan Anda untuk membuat latar belakang menjadi blur.
Lensa Nikon 35mm (50mm) sangat populer untuk kamera pemula Nikon
3. KUALITAS FOTO
Hampir semua foto yang dihasilkan oleh lensa fix lebih tajam dan lebih baik daripada foto yang dihasilkan lensa zoom. Selain itu, distorsi juga lebih terkendali.
4. BAIK UNTUK BELAJAR
Lensa fix memaksa Anda untuk bergerak dan mencari sudut pandang yang lebih baik. Sehingga hasil foto Anda bisa lebih baik.
5. FOTO CLOSE-UP / MACRO
Semua lensa makro yang bagus adalah lensa fix. Ada juga lensa zoom yang memiliki kemampuan makro, tapi sangat jauh kualitasnya dibandingkan dengan lensa fix. (Lens makro adalah lensa yang bisa mengambil foto objek yang sangat kecil sehingga terlihat sangat besar. Contoh: serangga, bunga)
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut maka lensa fix sangat penting sebagai alat fotografi di masa lalu dan dimasa depan.
Mengenal ISO / ASA lebih jauh
by Enche on December 22, 2009
Sebelumnya saya telah membahas secara singkat tentang apa itu ISO / ASA di Segitiga Emas fotografi, tapi karena ada beberapa pembaca yang ingin tahu lebih dalam, maka saya bahas kembali disini.
Secara ringkas, ISO (di kamera digital) dan ASA (di kamera film), adalah ukuran sensitivitas sensor. Semakin tinggi angka ISO, semakin sensitif sensor tersebut, sehingga bila Anda memotret dengan setting ISO tinggi, foto di tempat gelap pun terlihat terang.
ISO ini kurang lebih seperti kepekaan mata manusia. Bila kita dari ruangan terang dan kemudian masuk ke ruangan yang gelap, mata kita menyesuaikan kepekaannya terhadap ruangan tersebut. Demikian juga AUTO ISO pada kamera digital kita, kamera akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi cahaya yang ada.
Tapi sayangnya, karena keterbatasan teknologi, kamera digital di pasaran belum sepeka mata manusia. Alhasil banyak foto di tempat gelap berkualitas buruk.
Semakin tinggi ISO, semakin besar efek samping yang ditimbulkan yaitu hilangnya detail foto dan munculnya bintik2 (disebut juga dengan noise), selain itu gambar menjadi kurang kontras. Kadang kala, ada juga fotografer yang dengan sengaja mengeset ISO tinggi dengan tujuan menghasilkan karya yang artistik menyerupai efek film.
Jadi bila ingin foto Anda bersih dari noise, maka gunakanlah ISO serendah mungkin, misalnya ISO 100 atau 200.
Tapi kadangkala kita terpaksa mengunakan ISO tinggi di ruangan gelap, kalau tidak foto Anda bisa jadi kabur.
Ukuran ISO
Ukuran ISO biasanya dimulai dari angka 100, kadang ada kamera yang mulai dari ISO 64 dan ISO 80, ada juga dari 200. Artinya seperti berikut. ISO 200 memiliki kepekaan dua kali lebih besar daripada ISO 100, dan ISO 400 memiliki kepekaan dua kali lebih besar daripada ISO 200.
Deret angka ISO antara lain: 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, dan seterusnya.
Kamera digital canggih saat ini memiliki pilihan kepekaan sampai dengan ISO 102400.
Toleransi ISO ini sangat tergantung pada ukuran sensor dan megapixel. Untuk kebanyakan kamera saku, ISO 100-200 merupakan setting yang ideal. Tapi ISO 400 keatas kualitas foto sudah memburuk karena noise, sedangkan untuk kamera DSLR, biasanya ISO 1600 adalah perbatasan antara foto yang layak atau tidak.
Karena ISO 1600 berarti 4x lebih peka daripada 400, maka kamera DSLR lebih diuntungkan saat digunakan disituasi yang gelap.
Perlu diketahui juga semakin tinggi megapixel dalam ukuran sensor yang sama, semakin banyak kemunculan noise. Oleh sebab itu megapixel yang besar tapi ukuran sensor kecil (seperti kamera saku) malah kurang efektif.
Timing adalah segalanya
by Enche on December 21, 2009
Timing, atau saat mengambil foto adalah segalanya. Timing yang bagus membuat foto objek yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa, di lain pihak timing yang buruk membuat foto objek yang luar biasa menjadi biasa-biasa saja.
Timing menjadi sangat penting saat mengambil foto aksi, seperti olahraga, satwa liar atau fotografi jalanan. Timing juga berlaku untuk fotografer pemandangan. Konon saat terbaik untuk mengambil foto pemandangan adalah 30 menit sebelum dan sesudah matahari terbit dan terbenam.
Lalu bagaimana mendapatkan timing yang pas? Banyak orang yang mengira bahwa berada di waktu dan tempat karena keberuntungan semata. Tapi sebenarnya, untuk mendapatkan timing yang baik bisa diantisipasi. Antara lain dengan cara:
Antisipasi
Antisipasi berarti kondisi kita selalu siap dalam memperhatikan situasi disekitar kita. Antisipasi juga berarti kita bisa memprediksi atau setidaknya mencoba memprediksi apa yang terjadi setelahnya. Di dalam fotografi olahraga, kita bisa belajar mengamati karakter atlit yang berlomba. Misalnya seorang atlit sepakbola selalu merayakan gol di sudut kanan lapangan, maka bila kita mau mengambil foto tersebut, seyogyanya kita siap berada di posisi tersebut.
Demikian juga dalam foto satwa liar di dalam safari. Kita harus mengenal karakter hewan-hewan tersebut sehingga tau timing atau moment yang pas untuk mengambil gambar. Misalnya ada hewan yang hanya keluar pada malam hari.
Ketika musik mulai dimainkan dan mahasiswa/i mulai bangkit dari tempat duduknya, saya yakin akan terjadi sesuatu yang menarik. Berdiri dipojok sambil mengantisipasi pergerakan mereka, saya berhaisl merekam gerakan menarik dari ketiga mahasiswa/i ini
Kesabaran
Setelah berlatih mengantisipasi pergerakan objek foto, seringkali kita harus bersabar. Kadang, kita perlu menunggu cukup lama untuk mendapatkan momen yang baik. Dalam foto olahraga misalnya, kita merasa sudah di tempat yang benar, tinggal menunggu momennya, dan bila kita tidak sabar dan konsentrasi, kesempatan emas akan terlewatkan.
Dalam foto satwa liar, kesabaran merupakan sifat yang terpenting yang dimiliki, menunggu satwa keluar dari kandang kadang memakan waktu seharian.
Menguasai alat yang dipakai
Terakhir, untuk dapat mengambil foto di saat yang tepat, menguasai alat fotografi yang dipakai sangat penting. Dan memiliki kamera yang memiliki respon yang cepat juga sangat membantu. Menguasai alat bukan hanya mengetahui cara mengoperasikannya, tapi juga melatih diri sehingga kita terbiasa dengan kamera tersebut.
Seseorang fotografer biasanya memerlukan waktu cukup lama untuk benar-benar menguasai kontrol kamera yang dimiliki, oleh sebab itu tidak dianjurkan untuk mengganti-ganti kamera dengan waktu singkat karena Anda akan memerlukan waktu untuk beradaptasi kembali.
Reaksi atlit setelah mencetak gol kadang hanya berlangsung satu atau dua detik sebelum di kepung oleh teman-teman mereka.
Langkah langkah Belajar fotografi dari nol
by Enche on December 14, 2009
Belajar digital fotografi adalah sesuatu yang kompleks. Maka dari itu banyak orang mungkin kebingungan bagaimana cara belajarnya.. harus memulai darimana? nah post ini berupaya untuk memberikan langkah-langkah praktis dalam belajar fotografi.
Pertama-tama kita memerlukan kamera. Berdasarkan ukuran sensor, kamera terbagi dua, kamera saku dan kamera DSLR. Lalu apa bedanya kamera saku dan kamera DSLR? Saya cuma mampu membeli kamera saku, apakah saya tidak bisa belajar fotografi dengan kamera saku? Jangan takut, meski murah, kamera saku memiliki kelebihan tersendiri dan jangan jadikan halangan untuk belajar fotografi.
Kedua kita perlu belajar tentang eksposur cahaya. Inti dari fotografi adalah eksposur, atau total cahaya yang masuk ke dalam sensor peka cahaya. Karena cahaya tersebutlah, foto itu terbentuk. Peran kita sebagai fotografer adalah mengendalikan jumlah cahaya yang masuk dengan mengubah besarnya bukaan lensa, kecepatan rana dan ISO. Tiga elemen ini saya sebut sebagai segitiga emas fotografi.
Ketiga, kita tentu harus mempelajari kamera kita, terutama mode-modenya, pengukuran cahaya (metering) dan auto fokus.
Keempat, kita perlu tahu apa itu kedalaman fokus (depth of field) dan apa faktor-faktornya.
Kelima, kita harus tau bagaimana mengambil gambar yang tajam dan tidak kabur.
Keenam, kita harus mempelajari komposisi foto yang baik dan menarik.
Ketujuh, kita harus mempelajari karakter cahaya terutama arah dan intensitas cahaya.
Kedelapan, kita harus belajar antisipasi dan mengambil foto pada waktu yang tepat.
Kesembilan, kita harus belajar bercerita lewat foto, entah dengan satu foto atau satu seri foto.
Kesepuluh, kita harus belajar mengolah foto dengan efek digital. Olah foto di era digital mudah dipelajari dan membuka bab baru dalam fotografi digital.
Demikian kira-kira runtutan belajar fotografi untuk pemula. Seperti yang Anda lihat, masih banyak tulisan yang saya bisa bahas dari tiap langkah tersebut. Fotografi merupakan ilmu yang berkembang begitu pesat dan tidak ada habisnya, namun bila menemui kesulitan, harap jangan menyerah dan pelajari dan terus praktekkan.
Kamera saku? Siapa takut
by Enche on November 21, 2009
Perbedaan ukuran antara kamera digital SLR Nikon D3000 dengan kamera saku Samsung WB1000
Seringkali, pengguna kamera saku diremehkan oleh pengguna digital SLR karena anggapan bahwa semakin besar kamera, semakin baik hasilnya. Selain itu ada anggapan bahwa hasil jepretan kamera saku tidak profesional. Hal ini tidak sepenuhnya benar tapi banyak membuat fotografer pemula yang baru belajar fotografi menjadi minder.
Memang kemampuan kamera saku memang terbatas, tapi kamera saku juga memiliki kemampuan yang unik dan bisa menghasilkan foto yang dapat membuat banyak orang tercengang.
Seperti kamera DSLR, Kamera saku juga merupakan alat fotografi yang handal. Dua-duanya berguna di situasi yang berbeda dan tergantung gaya masing-masing pengguna/fotografer.
Kelebihan kamera saku antara lain:
Kamera saku memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada kamera digital SLR, hal ini memberikan beberapa implikasi, salah satunya adalah kedalaman ruang (depth of field / DOF) yang besar, sehingga gambar yang diambil cenderung akan tajam dari ujung ke ujung. [Baca: Faktor yang menyebabkan foto menjadi blur]
Kamera saku juga memiliki ukuran badan yang relatif kecil dan bisa disimpan di saku atau tas kecil, untuk itu lebih mudah dibawa kemana-mana. Kelebihan ini cukup penting supaya Anda dapat mengambil foto di momen yang tidak terduga. Contohnya seperti foto dibawah ini, saya ambil ketika saya hampir memasuki pesawat, saya mengunakan kamera saku untuk merekam cahaya matahari yang akan terbenam dan pegawai pesawat terbang yang sedang sibuk memasukkan bagasi ke dalam pesawat.
Ukuran kecil juga membuat orang-orang disekitar tidak begitu peduli dengan Anda. Lain halnya bila Anda membawa kamera besar dengan lensa panjang, Anda mungkin bisa membuat orang disekitar menjadi grogi. Ukuran kamera kecil cukup penting buat foto candid jalanan.
Kamera saku harganya terjangkau. Dengan harga antara satu setengah sampai empat juta, Anda telah bisa membeli kamera digital saku yang handal, sedangkan kamera DSLR memerlukan dana lebih dari $500 belum termasuk lensa-lensa dan aksesoris seperti tas kamera, pembersih lensa dan sebagainya.
Namun kamera saku juga memiliki kekurangan-kekurangan seperti:
Auto fokus yang lambat, terutama untuk gambar yang bergerak
Solusi: Karena kamera saku memiliki kedalaman ruang yang besar, maka dengan mengunakan bukaan kecil dan manual fokus Anda bisa melewati proses auto fokus di saat Anda mengambil foto subjek foto yang bergerak cepat.
Kualitas gambar yang kurang bersih
Gambar menjadi kurang biasanya karena setting ISO yang digunakan terlalu tinggi. Batas ISO yang layak di kamera saku biasanya sekitar ISO 200 sampai 400. Lebih dari itu, kualitas foto akan berkurang secara signifikan, oleh sebab itu, saya sarankan mengambil foto di ISO rendah mungkin. Akibat mengunakan ISO rendah, foto Anda menjadi lebih rentan kabur, oleh sebab itu, saya sarankan mengunakan penyangga kamera seperti tripod.
Kualitas rentang dinamis yang kurang baik
Untuk rentang dinamis (kisaran antara gelap dan terang) yang kurang baik dibanding kamera DSLR, Anda bisa menggunakan teknik HDR atau high dynamic range. Caranya adalah mengambil foto beberapa kali dengan eksposur yang berbeda kemudian mengkombinasikan foto tersebut dengan software seperti Photomatix. Untuk menghasilkan gambar terbaik, saya sarankan memakai tripod, ini berlaku juga untuk yang mengunakan kamera Digital SLR.
Ada beberapa kamera saku yang otomatis menjalankan fungsi HDR seperti kamera Fuji Finepix F200EXR atau Sony WX1.
Kamera saku memiliki kelebihan dan keterbatasan, tapi bila Anda bisa memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangannya, kamera saku akan menjadi alat fotografi yang luar biasa.
Sebagai inspirasi, Anda bisa melihat karya-karya fotografer yang mengunakan kamera saku yang sederhana
• Wouter Brandsma - fotografer spesialis hitam putih ini banyak mengunakan kamera saku untuk membuat karya-karyanya.
• Simon Johnson – fotografer ini hanya mengandalkan kamera saku yang tidak bisa zoom dan tidak ada image stabilization.
• Chase Jarvis – fotografer yang mengunakan kamera telepon selular (iphone) dan aplikasi best camera kesehariannya.
Ada banyak lagi fotografer yang mengunakan kamera saku, bila Anda memiliki favorit, silahkan berbagi dengan membalas komentar artikel ini.
Kompensasi Eksposur
by Enche on November 9, 2009
Bila Anda mengunakan setting otomatis atau semi otomatis di kamera saku atau kamera digital SLR Anda, maka prosesor dalam kamera akan berusaha menerjemahkan pemandangan yang ada dan kemudian mengatur setting yang optimal untuk pemandangan tersebut.
Di banyak kesempatan, mode otomatis memang bekerja sesuai dengan keinginan kita. Tapi di beberapa situasi lainnya, kamera gagal menangkap apa yang kita inginkan atau gambar yang direkam tidak sesuai dengan pemandangan yang ada.
Misalnya bila pemandangan yang mau di foto didominasi oleh warna putih / terang seperti salju, tembok putih dan sebagainya, biasanya hasil foto akan tampak abu-abu atau lebih gelap daripada aslinya.
Sebaliknya bila pemandangan yang ada didominasi dengan warna hitam seperti di dalam cafe yang temaram, di malam hari dan sebagainya, hasil foto biasanya lebih terang daripada yang sebenarnya.
Untuk mengatasi kesalahan intepretasi kamera, kita dapat mengunakan fungsi tombol Kompensasi Eksposur (Exposure Compensation).
Cara mengunakannya sangat sederhana. Bila ingin hasil foto menjadi lebih terang, Anda bisa menaikkan nilai kompensasi eksposur sebesar +0.3, 0.7 sampai +2 atau lebih. Sebaliknya bila Anda ingin hasil foto menjadi lebih gelap, Anda tinggal turunkan nilai kompensasi eksposur tersebut.
Tombol kompensasi ekposur termasuk gampang ditemukan, tombol ini bersimbol plus dan minus.
Menariknya, fungsi ini bisa Anda temukan dari kamera saku yang murah sampai kamera digital SLR yang canggih. Untuk pemakai kamera saku yang tidak memiliki fungsi manual, fungsi ini menjadi penting karena Anda bisa mengatur besarnya cahaya yang masuk layaknya seperti fungsi manual.
Faktor yang menyebabkan latar belakang foto menjadi blur / kabur
by Enche on October 30, 2009
Banyak fotografer baik pemula maupun mahir, sering membuat latar belakang menjadi kabur. Memang foto semacam ini sangat populer karena membuat objek yang di foto menjadi lebih menonjol. Selain itu juga foto menjadi lebih enak dipandang.
Mudah membuat latar belakang menjadi kabur karena saya mengunakan kamera berukuran sensor "full frame" atau sekitar 24X lebih besar daripada kamera saku biasa
Apa saja faktor yang membuat latar belakang foto menjadi kabur?
1. Bukaan lensa (Aperture)
Dengan mengunakan bukaan lensa yang besar (f/2.8 atau lebih besar lagi seperti f/1.4), maka latar belakang menjadi lebih kabur.
Semakin besar bukaan, semakin kecil angkanya.
2. Rentang fokal lensa (Lens focal length)
Semakin besar rentang fokal lensa yang digunakan, maka latar belakang menjadi lebih kabur. Contoh: Latar belakang foto yang diambil dengan rentang fokal lensa 55mm lebih kabur daripada bila diambil dengan rentang fokal lensa 18mm.
3. Rasio jarak antara subjek foto dengan kamera dan jarak antara subjek dengan latar belakang.
Semakin dekat jarak kamera ke subjek foto dan semakin jauh jarak subjek foto dengan latar belakang, maka foto menjadi lebih kabur.
Contoh: Bila jarak kamera ke subjek foto 1 cm, dan jarak subjek foto ke latar belakang 20 m, maka bisa dipastikan latar belakang menjadi sangat kabur. Hal ini karena rasio/perbandingan jarak sangat besar.
Sebaliknya bila jarak kamera ke subjek foto 20m, dan jarak subjek foto ke latar belakang 1 cm, maka bisa dipastikan latar belakang menjadi sangat jelas / tajam.
4. Ukuran sensor dalam kamera Anda.
Ukuran sensor kamera bervariasi, semakin besar, semakin mudah membuat latar belakang menjadi blur. Kamera ponsel atau kamera saku memiliki ukuran sensor yang relatif kecil dibandingkan dengan kamera digital SLR. Di dalam kamera digital SLR, terbagi lagi beberapa jenis ukuran sensor.
Yang paling kecil sampai yang paling besar yaitu: Four thirds (rasio 4 banding 3), ada yang crop sensor 1.6 (Canon), 1.5 (Nikon, Pentax, Sony), ada juga yang full frame (Nikon, Sony) dan medium format (Phase One, Leica S2).
Foto diatas diambil dengan kamera saku yang berukuran sensor kecil, selain itu saya memakai rentang fokal lensa pendek, yaitu 28mm sehingga latar belakang masih sangat tajam
Kesimpulan
Lalu bagaimana membuat latar belakang foto atau yang diluar dari fokus menjadi sangat kabur? Sederhana saja
Pakai lensa dengan bukaan besar, gunakan rentang fokal yang besar (jauh), perhatikan rasio jarak subjek foto dan latar belakang, dan gunakan kamera dengan ukuran sensor yang besar.
Lensa Prime / Fix vs Lensa Zoom
by Enche on July 15, 2009
Prime lens Canon 50mm f/1.4 USM
Lensa prime / fix adalah lensa yang memiliki rentang fokal tetap alias Anda tidak bisa mengunakan zoom. Secara umum, lensa prime memiliki kelebihan dibandingkan dengan lensa zoom antara lain:
• Untuk lensa prime yang berukuran pendek seperti 24, 35, 50, 85mm harganya relatif lebih murah dibanding dengan lensa zoom
• Ukuran lensa prime relatif lebih kecil dan ringan daripada lensa zoom
• Bukaan lensa lensa prime pada umumnya beberapa kali lebih besar dari lensa zoom, sehingga lebih efektif untuk kondisi gelap. Selain itu, bukaan besar membuat depth of field menjadi tipis, sehingga efektif membuat background menjadi blur.
Untuk yang baru belajar fotografi, lensa prime lensa yan baik untuk belajar karena Anda dipaksa untuk bergerak dan mengambil sudut pandang yang lebih baik. Jika Anda mengunakan lensa zoom, besar kemungkinan Anda hanya akan mengandalkan zoom sehingga perspektif komposisi Anda kurang maksimal.
Cara Memilih Lensa Kamera Digital SLR
by Enche on January 20, 2010
Memilih lensa kamera merupakan suatu perkara yang rumit dan sering membingungkan. Dalam artikel ini saya mencoba menjelaskan seringkas dan sepadat mungkin. Semoga membantu.
1. Lensa Zoom atau Prime
Pertama-tama, yang kita perlu putuskan adalah apakah kita memerlukan lensa zoom atau lensa prime / fixed. Lensa zoom tentunya lensa yang lebih fleksibel, tapi lensa prime memiliki keunggulan di kualitas optik dan biasanya lebih ringan dan pendek. [Baca: Lensa prime vs lensa zoom]
2. Rentang Fokal lensa
Kemudian, kita harus menentukan rentang fokal lensanya. Ada beberapa jenis pilihan, antara lain:
Ultra lebar atau lensa mata ikan (fisheye) : Lensa jenis ini memiliki rentang lensa sekitar 8mm sampai 16mm. Lensa jenis ini bisa menangkap area yang sangat lebar.
Standard : Lensa yang memiliki rentang fokal sekitar 18-55mm. Jenis lensa ini biasanya di bundel ketika Anda memilih kamera digital SLR. Lensa ini termasuk lensa serba guna karena sering digunakan untuk berbagai keperluan.
Telephoto: Lensa yang memiliki rentang fokal sekitar 55-300mm. Jenis lensa ini untuk mengambil foto dari jarak jauh seperti burung, binatang liar, potret dan kegiatan olahraga.
Lensa sapu jagat / superzoom : Lensa ini memiliki rentang fokal lensa yang sangat besar, yaitu dari 18-200mm atau ada pula yang mencapai 270mm. Lensa jenis ini seperti gabungan dari lensa standard dan telephoto sehingga sangat fleksibel. Cocok untuk pengguna yang tidak ingin membawa lensa lebih dari satu. Kekurangan lensa ini adalah harga yang lebih tinggi.
3. Bukaan lensa
Semakin besar bukaan, semakin banyak cahaya yang bisa diserap masuk ke kamera. Oleh sebab itu, lensa dengan bukaan besar baik bila Anda sering mengambil foto di dalam ruangan atau di situasi yang gelap. Lebih dari itu, lensa berbukaan besar, memudahkan Anda mengontrol kedalaman fokus sehingga mempermudah membuat latar belakang menjadi kabur. Namun sayangnya, lensa yang memiliki bukaan besar, biasanya lebih mahal. Biasanya, lensa prime memiliki bukaan yang lebih besar dari kebanyakan lensa zoom. Jadi bila bukaan besar menjadi prioritas, lebih baik bila melihat-lihat lensa prime.
4. Fungsi-fungsi lensa
Ada beberapa fungsi yang perlu diperhatikan diantaranya:
IS/VR (Image Stabilization/Vibration Reduction) : lensa yang memiliki fungsi ini bisa membantu mengurangi getaran kamera saat mengambil gambar dengan shutter speed rendah sehingga mengurangi blur pada foto. Fungsi ini sangat berguna untuk mengambil gambar benda yang tidak bergerak, namun tidak berguna untuk foto subjek yang bergerak seperti foto olahraga.
Makro : Fungsi makro lensa memungkinkan fokus dengan jarak dekat, sehingga objek yang kecil menjadi besar. Bila Anda menyukai foto serangga, bunga, atau benda-benda kecil lainnya, sebaiknya mencari lensa ini. Lensa makro yang baik biasanya termasuk kategori lensa prime.
Ada juga lensa yang tahan cuaca dan air. Lensa semacam ini cocok untuk dibawa dalam kegiatan outing atau hiking.
AF-S/SDM/USM/HSM : Bila Anda menemukan kode-kode seperti ini pada lensa Anda, berarti lensa Anda memiliki motor auto fokus yang hampir/tidak bersuara ketika mengambil fokus. Sebagian besar lensa yang memiliki fungsi ini juga lebih cepat daripada lensa biasa.
4. Memilih lensa merek lain?
Ada beberapa produsen lensa yang terkenal seperti Tamron, Sigma, Tokina, dan beberapa yang lain. Biasanya, lensa buatan pihak ketiga ini lebih murah. Tapi apakah lensa buatan pihak ketiga ini bisa diandalkan? Ini tergantung pada kelas lensanya. Masing-masing produsen lensa biasanya menyediakan dua jenis lensa: kelas biasa, dan kelas atas yang berkualitas tinggi.
Lensa yang ditawarkan pihak ketiga ini sangat bervariasi, sehingga sulit digeneralisir. Tapi menurut pengalaman saya, inilah ciri-ciri utamanya:
Tamron: Auto fokusnya pelan, kurang akurat dan sedikit berisik. Terkenal karena murah, dan menawarkan enam jenis lensa sapu jagat.
Sigma: Auto fokus lebih baik kinerjanya daripada Tamron, memiliki deretan lensa yang cukup komplit dari yang kualitas rendah dan murah sampai tinggi. Sigma juga terkenal akan lensa telephoto zoomnya.
Tokina: Koleksi lensa Tokina tidak sebanyak Sigma dan Tamron. Spesialisasi Tokina yaitu pada lensa ultra lebar. Kualitas kontruksi dan optik Tokina boleh dibilang sangat baik.
5. Lain-lain
Khusus untuk pengguna kamera Canon, banyak juga yang menanyakan soal perbedaan lensa L dan non – L. Lensa yang berlabel L (singkatannya Luxury atau mewah) adalah lensa yang berkualitas tinggi dari optik maupun konstruksinya. Sebagian besar lensa L lebih mahal daripada lensa yang bukan L.
Lalu ada lensa Canon EF-S. Lensa-lensa EF-S tidak di desain untuk kamera digital SLR full frame Canon, seperti Canon 5D, 1d mark, jadi hanya bisa dipakai untuk kamera digital SLR Canon biasa.
Re: photografh tutorial
btuh wkt yg gk sedikit buat memahami smua'a gan ....
nice share Gan ....
nice share Gan ....
hanay22- 2nd Lt. Grade 1
- Jumlah posting : 268
Join date : 15.06.10
Lokasi : Bekasi
Re: photografh tutorial
Panjang juga ya gan nyundul2 aja dech hehee
gamers10- Corporal
- Zodiac : Jumlah posting : 29
Join date : 24.08.10
Age : 33
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
|
|